ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SETELAH MERGER DAN
AKUISISI
Novi Puji Lestari, SE,MM
novipl_biru2511@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study discusses about earnings management and
financial performance of the acquirer before and after the acquisition. The
purpose of this study was to obtain empirical evidence of whether the acquirer
perform earnings management prior to implementation of the acquisition. In
addition it aims to determine the changes in the acquirer's financial
performance before and after the acquisition. This type of research is a
comparative study is to compare the financial performance before and after the
company make acquisitions.
Analysis of financial performance in this study using financial ratios,
including profitability, and activity. Analysis of earnings management using
the theory of Jones modifikasian. Earnings management by the acquirer is a
proxy for discretionary accrual (DA). Then for the measurement of company
performance measured by financial ratios covering a total asset turnover, net
profit margin and return on assets
The results of data analysis showed that there was no indication of earnings
management before the acquisitions made by the acquirer with Increasing income
accruals. But there is one company before acquisition and after the acquisition
of discretionary accrual value is negative. Furthermore, the company's
financial performance as measured by the ratio of total asset turnover, net profit
margin, return on assets after the acquisition of even having a difference in
the negative direction.
The conclusion of this study is that the acquirer before the acquisition were not convicted of earnings management with Increasing income accrual. Acquirer's financial performance before and after the acquisition there is a difference, but the condition of the company is in sound condition.
The conclusion of this study is that the acquirer before the acquisition were not convicted of earnings management with Increasing income accrual. Acquirer's financial performance before and after the acquisition there is a difference, but the condition of the company is in sound condition.
Keywords: Acquisitions, earnings management, financial performance
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persaingan usaha di antara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi demikian menuntut
perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan supaya dapat
mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melalui penggabungan
usaha. Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entity
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh
kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha pada
umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Akuisisi merupakan cara
pengembangan dan pertumbuhan perusahaan, Akuisisi merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara internal. Perusahaan lebih menyukai
pertumbuhan eksternal melalui merger dan akuisisi dibanding pertumbuhan
internal.
Aktivitas akuisisi semakin meningkat seiring
dengan intensnya perkembangan ekonomi yang makin mengglobal. Di Indonesia
akuisisi menunjukkan skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
tahun. Sementara itu di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan Eropa Barat fenomena akuisisi sudah
menjadi hal yang populer, seperti contoh terbaru di Indonesia yaitu
akuisisi Unilever atas Sara Lee Company, Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut
oleh Coca-Cola, dan lain-lain. Kontroversi muncul dibalik peristiwa akuisisi, berbagai bentuk rekayasa
dilakukan melalui bentuk akuisisi misalnya untuk menghindari pajak, menggelembungkan
nilai aset perusahaan dan mengurus manajemen perusahaan yang dikuasai.
Pelaksanaan akuisisi terdapat
suatu kondisi yang mendukung tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi.
Situasi perusahaan pengakuisisi ingin melakukan akuisisi dengan cara pembayaran
lewat saham, pihak manajemen perusahaan pengakuisisi cenderung berusaha untuk
meningkatkan nilai laba perusahaannya. Tujuannya selain ingin menunjukkan earning power perusahaan dan dapat menarik
minat perusahaan target untuk melakukan akuisisi juga untuk meningkatkan harga
saham perusahaannya.
Manajemen laba
merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan
dirinya sendiri. Peluang untuk mencapai laba tersebut timbul karena metode
akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu
dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan
subyektivitas dalam menyusun estimasi (Hadri dan Udiana :2004:3). Isu bagaimana
pasar modal memproses informasi akuntansi, terutama laba dan komponennya
merupakan hal yang penting bagi partisipan modal.
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dalam laporan
keuangan yang memiliki berbagai kegunaan
dalam berbagai konteks. Pada umumnya laba merupakan ukuran keberhasilan
kepengurusan manajemen atas pengelolaan sumber daya suatu perusahaan dalam
menjalankan usaha perusahaan, sehingga
dari banyak kepentingan tersebut, terutama
untuk kepentingan dari sisi pihak manajemen maka manajemen laba dari penyajian laporan keuangan ada indikasi selalu
dilakukan. Akrual memungkinkan manajer
mengkomunikasikan informasi privat mereka, oleh karena itu perusahaan
meningkatkan kemampuan laba untuk mencerminkan nilai ekonomis
perusahaan.
Kecenderungan
adanya praktik manajemen laba menjelang merger dan akuisisi bertujuan untuk meningkatkan harga sahamnya
sebelum stock merger agar
mengurangi biaya pembelian perusahaan target. Keputusan manajemen perusahaan
yang memilih untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing
accruals akan membawa konsekuensi terhadap kinerja perusahaan yang akan
mengalami suatu kenaikan pada periode sesudahnya.
Banyak penelitian yang membahas tentang adanya manajemen laba dalam proses akuisisi. Penelitian Rahmad dan Bakar (2002) yang dikutip oleh Udiana Sari telah membuktikan adanya manajemen laba melalui discretionary
accrual pada perusahaan pengakuisisi sebelum merger dan akuisisi di Malaysia
pada tahun sebelum akuisisi. Penelitian yang dilakukan Metta (2008) menunjukkan
bahwa tidak ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi yang dilakukan dengan income increasing accruals.
Selanjutnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio total asset turnover mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi.
Gumanti (2000) mengatakan bahwa fenomena manajemen laba tidak selamanya
terbukti, walaupun secara teoritis memungkinkan atau ada peluang bagi manajemen
untuk mengelola laba yang dilaporkan. Gumanti menyelidiki apakah pemilik
perusahaan yang akan go public memilih metode-metode akuntansi dengan melakukan
income-increasing discretionary accrual pada periode sebelum penawaran perdana.
Penelitian tentang kinerja keuangan
dilakukan Payamta (2001) periode akuisisi 1990-1996 dengan periode pengamatan
empat tahun (dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi). Rasio Keuangan
yang digunakan adalah Current Ratio,Quick Ratio,DR,Network to debt ratio,Total
asset turnover,ROI dan NPM. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan
kinerja keuangan setelah perusahaan melakukan akuisisi.
Penelitian
ini membahas mengenai fenomena manajemen laba khususnya pada
perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal Indonesia (BEI) yang
melakukan kegiatan akuisisi. Hal yang
melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui kebenaran perusahaan melakukan manajemen laba sebelum
akuisisi serta untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi sebelum dan setelah melakukan akuisisi.
Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat konsistensi dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pro dan kontra mengenai terjadi tindakan manajemen laba pada
perusahaan pengakuisisi sebelum perusahaan tersebut melaksanakan kegiatan
merger dan akuisisi. Melalui pengambilan sampel yang berbeda dari penelitian
terdahulu, peneliti juga ingin melihat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi pada saat sebelum dan sesudah akuisisi.
Berdasarkan
hasil-hasil penelitian diatas diperoleh adanya perbedaan hasil penelitian (research gap) yang dilakukan oleh para peneliti. Research gap yang telah dipaparkan
diatas dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian ini. Hal ini akan mengkaji
ulang penelitian sebelumnya dengan
memperbarui periode penelitian dan mengetahui pengaruh manajemen laba dan
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi pada saat sebelum dan sesudah
akuisisi. Dengan demikian penelitian ini diberi judul ”Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum
dan Setelah Akuisisi”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah perusahaan melakukan manajemen laba menjelang perusahaan melakukan akuisisi?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi ?
C.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini
yaitu fokus pada manajemen laba empat perusahaan pengakuisisi dan membandingkan
kinerja keuangan tahunan perusahaan sebelum dan setelah akuisisi.
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini meliputi :
1. Mengetahui praktek manajemen
laba perusahaan pengakuisisi sebelum perusahaan melakukan akuisisi.
2. Mengetahui perbedaan kinerja
keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah akuisisi.
E.
Kegunaan
Penelitian
- Pengembangan ilmu manajemen
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dalam teori manajemen laba sehingga didasarkan juga pada praktek yang
terjadi bukan hanya berdasarkan teori .
- Manajemen perusahaan yang melakukan akuisisi
Hasil penelitian ini digunakan sebagai informasi dan
kajian tentang pengaruh ekonomis atas keputusan
akuisisi,sehingga dapat dijadikan dasar sebelum perusahaan melakukan akuisisi
dengan melihat kinerja keuangan setelah akuisisi.
- Investor yang membeli saham perusahaan pengakuisisi
Hasil dari penelitian ini digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh investor sebelum mereka mengambil keputusan untuk
membeli sejumlah saham perusahaan dengan
melihat dampak akuisisi terhadap kinerja keuangan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori
1. Akuntansi Akrual
Laporan keuangan utamanya dibuat
berdasarkan basis akrual. Informasi mengenai laba perusahaan berdasarkan
akuntansi akrual biasanya memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan arus kas saat ini dan masa depan yang lebih baik dibandingkan
dengan informasi yang dibatasi oleh aspek keuangan berupa penerimaan dan
pembayaran kas. Akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pemakai mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di
masa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Hal ini dapat
dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban saat terjadi,tanpa memperhatikan
apakah terdapat arus kas pada saat yang bersamaan. Arti umum akrual adalah
penyesuaian akuntansi yang merubah arus kas operasi menjadi laba bersih
(Jordan,Ross & Westerfield : 2004 : 117).
Perbedaan antara akuntansi akrual dan
akuntansi kas merupakan masalah tepat waktu maupun pengaitan yang selalu terdapat
pada akuntansi kas (Jordan,Ross & Westerfield:2004:118). Akuntansi akrual
meskipun mempengaruhi neraca dan laporan arus kas juga memiliki pengaruh yang
khusus terhadap laporan laba rugi melalui:
a) Pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui saat
diperoleh dan saat direalisasi. Pendapatan terjadi ketika perusahaan
menyerahkan produk atau jasanya. Pendapatan direalisasi saat memperoleh kas
dari penyerahan barang atau jasa.
b) Pengaitan beban . Akuntansi akrual
mengharuskan pengaitan beban dengan pendapatan. Proses pengaitan ini berbeda
untuk dua jenis beban, yaitu biaya produk dan jasa diakui saat produk atau jasa
diserahkan dan biaya periode biasanya dikaitkan dengan pendapatan periode
tertentu.
Keunggulan konseptual akuntansi akrual
dibandingkan arus kas karena laporan laba rugi dan neraca berbasis akrual lebih
relevan untuk mengukur kapasitas perusahaan untuk menghasilkan kas saat ini dan
pada masa mendatang. Manajemen laba merupakan hasil akuntansi akrual yang
paling bermasalah. Penggunaan penilaian dan estimasi dalam akuntansi akrual
mengizinkan manajer untuk menggunakan informasi dalam dan pengalaman mereka
untuk menambah kegunaan angka akuntansi. Namun beberapa manajer menggunakan
kebebasan ini untuk mengubah angka akuntansi, terutama laba untuk keuntungan
pribadi sehingga mengurangi kualitasnya (Jordan,Ross & Westerfield : 2004 :
118 ).
Laba
akuntansi merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Ikatan Akuntan
Indonesia memiliki pengertian sendiri mengenai income. Akuntan mendefinisikan laba akuntansi yaitu perbedaan
antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu
periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengukuran
terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan disajikan
dalam laporan keuangan ( Aida : 2006 :139).
2.
Konsep Laba
Pengukuran besarnya laba sangat tergantung
pada besarnya pendapatan dan biaya, karena laba adalah bagian dari pendapatan
maka konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba (Aida :2006:140). Konsep yang
digunakan untuk menentukan elemen laba perusahaan yaitu konsep laba periode,
yang memusatkan perhatiannya pada laba operasi periode sekarang yang berasal
dari kegiatan normal perusahaan dan konsep laba komprehensif yaitu total
perubahan aset bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal
dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal
dari pemilik.
Manajemen
laba terjadi karena beberapa alasan seperti untuk meningkatkan kompensasi,
menghindari persyaratan utang,memenuhi ramalan analis, dan memengaruhi harga
saham. Manajemen laba dapat dilakukan melalui dua cara yaitu mengubah metode
akuntansi yang merupakan bentuk manajemen laba yang paling jelas terlihat dan
mengubah estimasi serta kebijakan akuntansi yang menentukan angka akuntansi. Dalam kondisi perusahaan akan
menjual sahamnya kepada publik, manajer perlu memberikan informasi kepada
publik mengenai kondisi keuangan perusahaan. Hal ini mendorong manajer untuk melakukan earnings
management.
Kondisi ini terjadi, baik pada saat
perusahaan melakukan penawaran perdana (initial public offerings/IPO) maupun
pada saat perusahaan melakukan penawaran kedua dan seterusnya (seasoned equity
offerings/SEO). Dua kondisi tersebut berbeda dalam hal tersedianya laporan
keuangan yang dipublikasikan karena dalam penawaran kedua dan seterusnya
laporan keuangan yang dipublikasikan sudah disediakan kepada publik.
Ada beberapa
bentuk manajemen laba, diantaranya adalah taking a bath, income minimization,
income maximization dan income smoothing. Taking a bath digunakan selama periode organizational
stress atau reorganisasi, untuk mencapai prestasi dan posisi keuangan
suatu perusahaan, seorang analis keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran
yang sering kali digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan
antara dua data keuangan. (Scott
dalam Metta : 2009 : 37). Alasan dilakukan manajemen laba karena:
a.
Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap manajer.
Manajemen laba berhubungan erat dengan
tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena
tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan
juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan
dengan pihak kreditor.Perusahaan yang
terancam default yaitu tidak
dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha
menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan
maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan
ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
c. Manajemen
laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan
go publik pada saat IPO.
Nanang (2005 : 51) mengemukakan bahwa analisis dapat
dilakukan dengan membandingkan satu periode dengan periode sebelumnya, sehingga
dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selanjutnya ia
menegaskan bahwa analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen pada masa lalu dan prospeknya pada masa mendatang.
Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan
yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dari pada
analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan dan prestasi perusahaan dari
pada analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan yang tidak berbentuk
rasio. Jika
manajer merasa harus melaporkan kerugian dalam perusahaan, maka ia akan
melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat
ditimpahkan ke manajer lama, jika terjadi pergantian manajer. Income minimization
dipilih selama periode dengan profitabilitas tinggi, sehingga jika periode yang
akan datang diperkirakan laba turun drastis, dapat diatasi dengan pengambilan
jatah laba sebelumnya ( Muhammad : 2006 : 36 )
Income maximization dilakukan
manajer terutama untuk tujuan mendapatkan bonus. Perusahaan yang berada pada
pelanggaran syarat perjanjian utang juga melakukan income maximization, income
smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan
pelaporan eksternal. Secara umum penelitian tentang manajemen laba menggunakan pengukuran
berbasis akrual (accrual-based measure) dalam mendeteksi ada tidaknya
manipulasi ( Muhammad
: 2006: 37 ).
3.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu
perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai
pihak (stakeholder) seperti investor, kreditur, analis, konsultan
keuangan, pemerintah dan manajemen perusahaan sendiri. Laporan keuangan yang
berupa neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan jika disusun secara baik
dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
(Jordan,Ross & Westerfield : 2004 : 120 ). Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat
menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam :
a. Pengambilan keputusan investasi
b. Keputusan pemberian kredit
c. Penilaian aliran kas
d. Penilaian sumber-sumber ekonomi
e. Melakukan klaim terhadap
sumber-sumber dana
f. Menganalisis perubahan-perubahan
yang terjadi terhadap sumber-sumber dana
g. Menganalisis penggunaan dana
Selain itu laporan keuangan
yang baik juga dapat menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan
masa lalu,masa sekarang dan meramalkan posisi keuangan dan kinerja keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. Analisis keuangan yang banyak digunakan
adalah analisis tentang rasio keuangan.
Menurut (Nanang : 2005
: 51) mengemukakan bahwa rasio dapat dibedakan yaitu perbandingan internal
adalah membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa
yang akan datang dalam perusahaan yang sama dan perbandingan eksternal , sumber-sumber
rasio industri yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan
perusahaan-perusahaan sejenis dengan rata-rata industri pada saat yang sama.
Secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan yaitu :
a. Rasio likuiditas yaitu rasio
yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya
dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera
dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.
b. Rasio aktivitas atau rasio efisiensi
yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya.
c. Rasio leverage finansial yaitu
rasio yang mengukur seberapa banyak
perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman)
d. Rasio keuntungan atau
rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari penggunaan modalnya.
4. Konsep Akuisisi
Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang
berarti pengambil alihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa latin acquisitio, dari kata kerja
acquirere. Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau
oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan
diserap oleh pasar. Akuisisi berkembang pada era tahun 1970-an.
Proses ini didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut (Jeff : 1997:14) :
a. Semakin menyatunya sistem
perekonomian regional dan perekonomian dunia.
b. Adanya ekspansi
perusahaan-perusahaan MNC ke berbagai negara.
c. Berbagai terobosan teknologi
informasi dan telekonumikasi setelah tahun 1980 yang memudahkan proses alih informasi dan kapital.
Setelah faktor-faktor tersebut maka muncul faktor lain yang dijadikan
alasan perusahaan melakukan akuisisi yaitu (Abdul : 2003 : 10)
:
a. Mendapatkan cashflow dengan
cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
b. Memperoleh kemudahan dana atau
pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri
dan mapan.
c. Memperoleh karyawan yang telah
berpengalaman.
d. Mendapatkan pelanggan yang
telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
e. Memperoleh sistem operasional
dan administratif yang mapan.
f. Mengurangi resiko kegagalan
bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
g. Menghemat waktu untuk memasuki
bisnis baru.
h. Memperoleh infrastruktur untuk
mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Tahapan dalam proses
akuisisi bisa jadi berbeda tergantung dari karakteristik atau kriteria akuisisi
serta kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi. Proses akuisisi dapat
disajikan dalam Gambar 2.1:
|
Gambar 2.1 Proses Pentahapan Akuisisi
Sumber :
Abdul : 2003 : 12
Pada tahapan paling awal ini
perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi. Identifikasi ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan perusahaan yang seperti apa yang akan
dijadikan target akuisisi. Pada tahap identifikasi awal ini berbagai informasi
dikumpulkan untuk melihat karakteristik perusahaan target.
Tahap
selanjutnya adalah screening yaitu proses menyaring sekaligus memilih mana
diantara calon target tersebut yang paling layak untuk diakuisisi. Proses
screening ini tidak dilakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu
calon perusahaan target. Sebaliknya
apabila terdapat dua atau lebih calon dan hanya satu calon yang akan dipilih
maka proses screening ini perlu dilakukan. Proses screening ini bisa dilakukan
dengan memberikan nilai dan bobot tertentu pada masing-masing item atau kriteria.
Selanjutnya akan diperoleh hasil untuk menyusun peringkat calon.
Tahap
selanjutnya yaitu penawaran formal yaitu perusahaan membentuk tim yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan merger dan akuisisi. Apabila perusahaan
merekrut personal ahli dari pihak luar,maka pihak ini akan bergabung dalam tim
dan selanjutnya tim melakukan pendekatan dengan target. Pendekatan pertama
dilakukan secara formal dengan
pemberitahuan secara resmi dan tertulis yang ditujukan kepada manajemen puncak
perusahaan target tentang maksud akuisisi.
Tahap yang keempat yaitu Due Diligence
yaitu investigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek
perusahaan target. Uji tuntas ini dimaksudkan untuk memberikan informasi
sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target dilihat dari semua aspek.
Disamping itu uji tuntas juga dimaksudkan untuk mengurangi atau menghindari
kesulitan-kesulitan yang bisa menyebabkan kegagalan akuisisi. Uji tuntas ini
dilakukan terhadap aspek hukum,keuangan,organisasi dan sumber daya
manusia,pemasaran, teknologi dan produksi.
Tahap yang kelima adalah negosiasi / deal , pada
tahap ini terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan
persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal yaitu manajemen dan pemegang
saham. Jika kedua pihak ini setuju dengan syarat-syarat yang disepakati antara
pengakuisisi dengan target,maka deal akan terlaksana. Jika negosiasi mencapai
deal berarti persetujuan formal merger dan akuisisi telah terlaksana dan
selanjutnya dilakukan closing. Closing
adalah penutupan transaksi merger atau akuisisi. Pada akuisisi closing
berarti diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi kepada pemegang saham
perusahaan yang diakuisisi.
Tahap terakhir adalah integrasi yaitu tahap
dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan melakukan penggabungan bisnis
sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan hasil merger atau
pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan strategik yang telah disusun
sebelumnya (Abdul : 2003:118). Pengendalian dalam akusisi
merupakan kekuatan yang berupa kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasi perusahaan, mengangkat dan memberhentikan manajemen dan mendapat hak
suara mayoritas dalam rapat direksi.
Adanya pengendalian ini maka perusahaan pengakuisisi akan mendapatkan manfaat dari
perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi
tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi
secara independen tetapi telah terjadi pengalihan pengendalian oleh pihak
pengakuisisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas
saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukkan atas
kepemilikan lebih dari 50% saham berhak suara tersebut. (Abdul : 2003 : 15)
Suatu penelitian di Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar
akuisisi tidak berjalan atau mengalami kegagalan. Alasan utama kegagalan
tersebut adalah menyusun strategi akuisisi. Penelitian tersebut semakin nampak
relevansinya dengan kenyataan yang terjadi dalam praktek akuisisi di Amerika.
Disamping terdapat kesuksesan akuisisi seperti pada General Electric terhadap
RCA ,akuisisi Unilever terhadap Pond’s juga terdapat kegagalan pada akuisisi
Pan Am terhadap Republik Steel
( Bussines Week dalam Marcel
:1992:29).
Penyebab dari kegagalan
tersebut meliputi :
a. Pengalaman pengelolaan akuisisi
b. Kegagalan mempertahankan dan
memberi motivasi kepada pimpinan dan karyawan perusahaan target
c. Pembelian perusahaan target
yang relatif besar sehingga mengalami kesulitan dalam hal penyediaan berbagai
sumber daya
d. Kecurangan yang terjadi pada
perusahaan target
e. Kegagalan meramalkan
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
Banyak keuntungan diperoleh
ketika perusahaan melakukan akuisisi namun tidak selamanya proses akuisisi
selalu berhasil banyak sekali hambatan yang dihadapi oleh perusahaan. Manajer
perusahaan pengakuisisi akan berusaha untuk menampilkan posisi keuangan
perusahaan dalam kondisi baik ketika perusahaan akan melakukan akuisisi.
manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut
( Muhammad
: 2009 : 21) :
a.
Manajer
dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui
kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan
wewenang dari para manajer.
b.
Keputusan
manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh
suatu perusahaan yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat
berlakunya kebijakan tersebut.
c.
Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu
metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang
tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP)
Hal tersebut dilakukan oleh manajer dengan
tujuan untuk menarik perusahaan sasaran agar mau diambil alih karena
menunjukkan kinerja keuangan yang baik.
Akuisisi diharapkan menciptakan nilai tambah yang memiliki tolok ukur yang
jelas. Nilai tambah diukur secara kuantitatif sehingga dapat diperbandingkan
dengan kondisi sebelum akuisisi. Nilai tambah dapat dicari dengan menggunakan
rumus :
Nilai tambah = Nilai agregat setelah akuisisi – nilai agregat
sebelum akuisisi.
Atau =
Vab = (Va+Vb) ( Abdul : 2003 : 51 )
Keterangan :
Vab = Nilai
perusahaan setelah akuisisi
Va = Nilai
perusahaan A sebelum akuisisi
Vb = Nilai
perusahaan B sebelum akuisisi
Masing-masing elemen perusahaan memandang dari sisi
peningkatan kapabilitas manajerial dan skill mereka. Pemegang saham mendefinisikannya
dari adanya peningkatan terhadap laba per lembar saham. Para pekerja mendefinisikan nilai tambah melalui
peningkatan kesejahteraan dan produktivitas.
Walaupun masing-masing mendefinisikannya secara berbeda namun pada prinsipnya
ada satu hal yang ingin tercipta yaitu tercapainya suatu kondisi yang lebih
baik setelah akuisisi.
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian Rahmad dan Bakar (2002 )
yang melakukan penelitian pada tahun 1999-2001, obyek penelitian adalah merger
dan akuisisi di Malaysia dan hasil penelitiannya membuktikan adanya manajemen
laba melalui discretionary accrual pada perusahaan pengakuisisi sebelum merger
dan akuisisi.
Penelitian yang dilakukan Anisa Metta (2009) , periode penelitian
2008-2009 obyek penelitian perusahaan di Bursa Efek Jakarta yang melakukan
merger dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada indikasi manajemen laba
sebelum merger dan akuisisi
yang dilakukan dengan income
increasing accruals. Selanjutnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan rasio total asset turnover mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian perusahaan manufaktur juga
dilakukan Payamta periode akuisisi 1990-1996 dengan periode pengamatan empat
tahun (dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi). Rasio keuangan yang
digunakan adalah Current Ratio,Quick Ratio,DR,Network to debt ratio,Total asset
turnover,ROI dan NPM. Hasil penelitiannya menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan meningkat setelah perusahaan melakukan akuisisi.
Penelitian Igan Budiasih ( 2008) dengan
tahun penelitian 2002-2006, fokus penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi manajemen laba dengan objek perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia diperoleh hasilnya bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap
praktik perataan
laba. Sementara itu, financial
leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
C.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan
kajian teori mengenai akuisisi dan manajemen laba yang dibahas dalam penelitian
ini , serta hasil peneitian dari para
peneliti terdahulu yang akhirnya muncul kontra dari berbagai penelitian yang
menyebutkan bahwa sebagian perusahaan melakukan manajemen laba dan sebagian
perusahaan tidak melakukan manajemen laba.
Berdasarkan penjelasan dalam kerangka
konseptual di atas maka dapat ditarik suatu rangkaian bahwa pada mulanya
perusahaan pengakuisisi melakukan manajemen laba sebelum memutuskan untuk
melakukan akuisisi , langkah selanjutnya mengetahui kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi dengan melakukan uji beda perusahaan sebelum akuisisi dan setelah
akuisisi.
D.
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori-teori
yang relevan dan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H1 : Terdapat praktek manajemen
laba perusahaan pengakuisisi sebelum perusahaan melakukan akuisisi.
H2 : Terjadi perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian komparatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya
adalah sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih
dari satu atau dalam waktu yang berbeda ( Sugiyono : 2002:11).
B.
Definisi Operasional Variabel
Manajemen laba dalam
penelitian ini diukur dengan proxy discretionary accruals (DA) yang menggunakan
model Modified Jones (Jones Modifikasian).
Model perhitungan manajemen laba
adalah sebagai berikut:
= + + + .................................... (1)
(Hadri dan Udiana : 2003:25)
Total akrual untuk periode t
dinyatakan dalam persamaan :
TAit = NIit
– OCFit ................................................................................................. (2)
( Hadri dan Udiana : 2003 :26 )
Keterangan :
TAi t =
Total Accruals perusahaan i pada tahun t
DREVit = Pendapatan
bersih perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan bersih pada tahun t-1
DRECit = Piutang
bersih perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang bersih pada tahun t-1
PPEit = Aktiva tetap (gross) perusahaan i pada tahun t.
Ait-1 = Total assets (total aktiva) perusahaan i pada tahun t-1.
eit = Nilai residu perusahaan i pada tahun t
NIit = Laba bersih (Net income) perusahaan i pada tahun t
OCFit = Arus kas (Operating Cash Flow) perusahaan i pada tahun t
Non Discretionary Accruals
(NDA) dapat ditentukan dengan persamaan :
NDAit = + + + (3)
( Hadri dan Udiana : 2003 : 28)
Setelah melakukan regresi model
di atas, DA yang dilakukan oleh setiap perusahaan dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
= - (4)
( Hadri dan Udiana :2003:28)
Atau
DAit = TAit
- NDAit........................... (5)
Keterangan :
NDAit = Non
Discretionary Accruals perusahaan i pada tahun t
Dait =Discretionary Accruals perusahaan i pada
tahun t
Kinerja
keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen
keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio aktivitas, profitabilitas, dan
solvabilitas.
(1) Rasio
Aktivitas
Total Asset Turnover ( TATO) = Penjualan/ Total Aktiva (6)
(2)
Rasio Profitabilitas
Return on investment (ROI) = (7)
Net Profit
Margin ( NPM ) = EAT / Nett Sales (8)
( Yopie : 2002 :71 )
C.
Sumber dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia dan dari sumber
yang lain, seperti ICMD dan dari jurnal-jurnal penelitian. Penelitian ini dilakukan di
PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses langsung ke situs yang
berhubungan dengan Bursa Efek Indonesia, yaitu www.bapepam.go.id, www.idx.co.id dan www.ebursa.com
D.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan akuisisi mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, kecuali perusahaan yang bergerak
dalam bidang keuangan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara: non probability sampling, yaitu
dengan pendekatan purposive sampling yaitu
teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga
sampel yang dipilih relevan dengan penelitian. Kriteria sampel adalah sebagai berikut.
1)
Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan akuisisi antara tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
2)
Perusahaan termasuk industri manufaktur dan industri lain selain kelompok
perusahaan yang bergerak di bidang asuransi dan industri finance atau
perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
3)
Perusahaan memiliki tanggal akuisisi yang jelas.
4)
Menerbitkan laporan keuangan auditan secara lengkap selama dua tahun
berturut-turut sebelum akuisisi serta dua tahun setelah akuisisi dengan periode
berakhir per 31 Desember.
5)
Menggunakan mata uang Indonesia (rupiah) dalam laporan keuangannya.
E.
Metode Analisis Data
1) Manajemen Laba
Langkah-langkah dalam analisis data ini adalah mencari nilai
total accrual yang akan dijadikan dasar dalam mencari nilai discretionary
accrual dan non discretionary accrual. Berdasarkan rumus yang ada maka akan
diperoleh nilai discretionary accrual
dan non discretionary accrual perusahaan baik sebelum perusahaan melakukan
akuisisi maupun perusahaan setelah melakukan akuisisi. Nilai discretionary
accrual dan non discretionary accrual akan dibandingkan diantara kedua
parameter tersebut akan diketahui nilai mana yang dominan terhadap
masing-masing perusahaan. Langkah selanjutnya setelah nilai discretionary
accrual dan non discretionary accrual
diketahui maka akan diperoleh satu kesimpulan apakah perusahaan melakukan
manajemen laba atau tidak.
2 ). Analisis Rasio Keuangan
Peneliti mencari nilai rasio keuangan
yang sudah ditetapkan sebagai variabel yaitu profitabilitas dan aktivitas
sebelum akuisisi dan setelah akuisisi ,tujuannya untuk memperoleh hasil kinerja
keuangan perusahaan pengakuisisi apakah mengalami peningkatan,penurunan dalam
kondisi keuangan yang sehat atau tidak. Dari hasil tersebut maka akan diperoleh
suatu kesimpulan mengenai kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan
sesudah melakukan akuisisi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang melakukan akuisisi periode tahun 2006-2008. Adapun
daftar keseluruhan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008 dapat dilihat pada tabel 4.1
2.
Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan akuisisi antara tahun
2006 sampai dengan tahun 2008.
b) Perusahaan termasuk industri
manufaktur dan industri lain selain kelompok perusahaan yang bergerak di bidang
asuransi dan industri finance atau perusahaan perbankan dan lembaga keuangan
lainnya.
c) Perusahaan memiliki tanggal
akuisisi yang jelas.
d) Menerbitkan laporan keuangan
auditan secara lengkap selama dua tahun berturut-turut sebelum akuisisi serta
dua tahun setelah akuisisi dengan periode berakhir per 31 Desember.
e) Menggunakan mata uang Indonesia
(rupiah) dalam laporan keuangannya.
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dan
berdasarkan kriteria sampel yang diajukan dalam
penelitian ini , maka peneliti menetapkan perusahaan yang memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut , PT Ades Water
Indonesia,Tbk , PT Mobile 8 Telecom (FREN ), PT Selamat Sempurna (SMSM), dan PT
Bumi Resourches Tbk, sedangkan perusahaan yang lain tergolong perusahaan yang
melakukan merger dan merupakan perusahaan keuangan sehingga tidak memenuhi
persyaratan sebagai sampel.
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan
Merger Akuisisi 2006 - 2008
No
|
Waktu
|
Keterangan
|
Jenis
|
||
Tahun
|
Bulan
|
Tanggal
|
|||
1
|
2006
|
Juli
|
30
|
PT. Pamargha
Indojatim ke dalam PT. Ades Water Indonesia
|
Akuisisi
|
2
|
2006
|
Okt
|
13
|
PT. Andhi Candhra
Automotive Products ke dalam PT. Selamat Sempurna
|
Akuisisi
|
3
|
2006
|
Juli
|
20
|
PT. Metamedia
Technologi & PT. Nusantara Konstruksi Indonesia
|
Merger
|
4
|
2006
|
Sept
|
11
|
PT. Surya Toto
Indonesia & PT. Surya Pertiwi Paramita
|
Merger
|
5
|
2006
|
Juni
|
15
|
PT. Energi Mega Persada ke dalam PT. Bumi
Resourches
|
Akuisisi
|
6
|
2007
|
Maret
|
22
|
PT. Komunikasi
Seluler Indonesia, PT. Metro Seluler Indonesia
|
Akuisisi
|
|
|
|
|
PT. Telekomindo
Seluler Raya ke dalam PT. Mobile- 8
Telecom
|
|
7
|
2008
|
Juni
|
3
|
PT. Bank Lippo
& PT. Bank Niaga
|
Merger
|
8
|
2008
|
Feb
|
6
|
PT. Bank Multicor
ke dalam PT. Bank Windu Kertajana
|
Akuisisi
|
Sumber : Pojok Bursa Efek Indonesia
3. Gambaran Umum Perusahaan
a.
PT Ades Water Indonesia Tbk
PT. Ades Waters Indonesia Tbk, didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia
di tahun 1985, nama perseroan
telah diubah beberapa kali terakhir di tahun 2004. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah pengolahan dan distribusi air minum
dalam kemasan. Untuk menghindari kesamaan nama dengan produk perusahaan, PT Ades Waters
Indonesia (ADES) berubah nama menjadi PT Akasha Wira International,Tbk. Pergantian nama dilakukan untuk
menghindari keidentikan dengan produk yang dihasilkannya karena perusahaan mempunyai multiproduk, bukan
hanya air mineral Ades. Pada tahun 2008
ADES mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 15,2 miliar, sementara pada tahun 2007
rugi bersih tercatat Rp 154,85 miliar. Sedangkan penjualan yang dicatatkan
perseroan pada tahun 2008 sebesar Rp 129,54miliar.Pada tahun 2006 PT.Pamargha
Indojatim diakusisi oleh PT.Ades Water Indonesia,Tbk
b. PT.Mobile 8 Telecom ( FREN)
PT. Mobile – 8 Telecom atau disingkat Mobile-8 adalah perusahaan operator seluler berbasis CDMA yang didirikan pada bulan Desember 2002 .
Mobile-8 memiliki produk layanan dengan
nama pasar nama FREN , yang diluncurkan pada tanggal 8 Desember 2003 . Saat ini layanan FREN masih
mencakup pulau Jawa,namun tidak menutup kemungkinan akan ada ekspansi ke
seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun
2007 PT. Komunikasi Seluler Indonesia, PT.Metro Seluler
Indonesia, PT.Telekomindo Seluler Raya diakuisisi oleh PT.Mobile-8 Telecom.
c. PT.Bumi Resourches
PT. Bumi Resourches merupakan jenis perusahaan
pertambangan dan minyak. Perusahaan melakukan penawaran IPO pada tahun 1990 dan mendaftarkan sahamnya secara
keseluruhan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tahun 2001 perusahaan mengakuisisi
empat perusahaan minyak di Kalimantan
diantaranya di daerah Senakin, Satui, Asam- Asam dan Batulicin. Pada tahun 2004
perusahaan memperoleh sebagian saham
dari PT. Ekakarsa Yasakarya Indonesia dengan jumlah 19,9% saham dan hasilnya
perusahaan menjadi pemilik keseluruhan perusahaan dengan tingkat kepemilikan
saham 99.9%. Pada tahun 2006 perusahaan
kembali mengakuisisi PT. Energi Mega Persada.
d. PT. Selamat Sempurna
PT Selamat Sempurna Tbk didirikan di
Indonesia pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta Notaris Ridwan Suselo, S.H. No. 207. Akta
pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan
No. Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret 1976. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris tanggal 6 Juli 2001
sehubungan dengan pemecahan nilai nominal saham perusahaan (stock split). Sesuai anggaran dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan Perusahaan terutama adalah bergerak dalam bidang industri alat-alat
perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat- alat mesin pabrik dan
kendaraan, dan yang sejenisnya.
B.Analisis Data
1. Kondisi umum data yang akan
dianalisis
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan pengakuisisi dan data
keuangan dua tahun pasca perusahaan melakukan akuisisi. Laporan keuangan yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah neraca untuk melihat nilai aktiva dan
kewajiban perusahaan, laporan laba rugi untuk melihat nilai penjualan bersih
perusahaan dan laporan arus kas perusahaan untuk melihat nilai arus kas bersih
perusahaan yang akan dijadikan dasar untuk menilai manajemen laba perusahaan.
Laporan keuangan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran.
2. Langkah – langkah Analisis Data
Berdasarkan kondisi umum data yang akan
dianalisis maka, langkah-langkah dalam
analisis data ini adalah mencari nilai total accrual yang akan dijadikan dasar
dalam mencari nilai discretionary accrual dan non discretionary accrual. Berdasarkan
rumus yang ada maka akan diperoleh nilai DA dan NDA perusahaan baik sebelum
perusahaan melakukan akuisisi maupun perusahaan setelah melakukan akuisisi.
Nilai discretionary accrual dan non discretionary accrual akan dibandingkan
diantara kedua parameter tersebut akan diketahui nilai mana yang dominan
terhadap masing-masing perusahaan.
Perusahaan
|
Variabel
|
Tahun
|
|||||
|
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
SMSM
|
DA
|
8,31
|
3,29
|
Akuisisi
|
13,82
|
1,22
|
-
|
|
NDA
|
9,87
|
-3,37
|
|
-16,38
|
-1,61
|
-
|
ADES
|
DA
|
-84,83
|
27,84
|
Akuisisi
|
-110,6
|
20,52
|
-
|
|
NDA
|
47,07
|
-29,7
|
|
31,97
|
-12,78
|
|
FREN
|
DA
|
-
|
-
|
-5,92
|
Akuisisi
|
-0,63
|
6,13
|
|
NDA
|
-
|
-
|
-5,43
|
|
0,52
|
-5,78
|
BUMI
|
DA
|
153,32
|
46,14
|
Akuisisi
|
216,36
|
143,63
|
-
|
|
NDA
|
-32,14
|
-17,87
|
|
-107,27
|
-3,08
|
-
|
Langkah
selanjutnya setelah nilai discretionary accrual dan non discretionary accrual diketahui maka akan diperoleh satu kesimpulan
apakah perusahaan melakukan manajemen laba atau tidak, selanjutnya peneliti
mencari nilai rasio keuangan yang sudah ditetapkan sebagai variabel yaitu
profitabilitas,likuiditas dan aktivitas sebelum akuisisi dan setelah akuisisi
,tujuannya untuk memperoleh hasil kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi
apakah mengalami peningkatan,penurunan dalam kondisi keuangan yang sehat atau
tidak. Dari hasil tersebut maka akan diperoleh suatu kesimpulan mengenai
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah melakukan
akuisisi.
3. Hasil Analisis Data
a.
Hasil Analisis Manajemen Laba
Model perhitungan manajemen laba adalah sebagai berikut:
= + + +
Untuk penghitungan
diskresionary accrual ( DA ) yaitu:
DA = TA – NDA
NDA = + +
Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh hasil manajemen laba perusahaan pengakuisisi ,
sebelum perusahaan melakukan akuisisi dan setelah perusahaan melakukan
akuisisi. Penghitungan untuk mencari
nilai manajemen laba tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut (
cara penghitungan terdapat dalam lampiran 1):
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat
diketahui bahwa penghitungan manajemen laba perusahaan pengakuisisi antara
discretionary accrual dengan non discretionary accrual berbeda dan cenderung
lebih tinggi nilainya discretionary accrual. Hal ini membuktikan bahwa ternyata
perusahaan lebih memilih menggunakan discretionary accrual dalam labanya,
karena adanya peluang campur tangan manajemen dalam penentuan labanya.
PT. Selamat Sempurna memiliki nilai
discretionary accrual antara tahun sebelum akuisisi dan tahun sesudah akuisisi
mengalami peningkatan, sedangkan nilai non discretionary accrulanya bernilai
negatif sampai setelah perusahaan melakukan akuisisi. PT. Ades Water Indonesia
memiliki nilai discretionary accrual yang lebih kecil dan ke arah negatif. PT
Mobile – 8 Telecom memiliki nilai discretionary accrual yang lebih besar
setelah perusahaan melakukan akuisisi namun lebih ke arah negatif. PT. Bumi
Resourches memiliki nilai discretionary accrual sebelum dan setelah akuisisi
adalah berbeda. Nilai setelah akuisisi lebih besar.
Ketika perusahaan sebelum melakukan akuisisi
nilai penghitungannya lebih besar dan pada periode setelah akuisisi nilainya
lebih kecil, hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya perusahaan
melakukan manajemen laba sebelum
perusahaan melakukan akuisisi, meskipun ada peluang untuk manajemen karena dari
empat perusahaan tersebut dua diantaranya melakukan manajemen laba.
b.
Hasil analisis kinerja keuangan perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan keseluruhan rasio
keuangan sebelum dan setelah perusahaan melakukan akuisisi maka diperoleh nilai
perbandingan kinerja keuangan antara sebelum akusisi dan setelah perusahaan
melaakukan akuisisi. Perbandingan hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.Berdasarkan
hasil perhitungan pada tabel 4.3 di bawah ini,
maka dapat diperoleh hasil bahwa PT. Selamat Sempurna memiliki nilai Net
Profit Margin sebelum akuisisi nilainya tetap,sedangkan setelah akuisisi
nilainya menjadi menurun.
Rasio ini digunakan untuk melihat
seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat
penjualan tertentu. Return on Asset dari SMSM mengalami peningkatan antara
sebelum perusahaan melakukan akuisisi dengan perusahaan setelah melakukan
akuisisi dengan peningkatan sebesar 1 % .Rasio ini menunjukkan seberapa besar
laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk sejumlah aktiva perusahaan.
Total Asset Turnover dari SMSM mengalami posisi yang stabil yaitu ketika
perusahaan sebelum akuisisi dan setelah perusahaan melakukan akuisisi mengalami
peningkatan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat aktiva
perusahaan untuk berubah menjadi kas atau piutang.
PT. Ades Water Indonesia memiliki
rasio NPM yang mengalami peningkatan sebelum perusahaan melakukan akuisisi dan
setelah perusahaan melakukan akuisisi. Peningkatan yang dialami ADES lebih
cenderung ke arah negatif. ROA dari ADES sebanding dengan nilai NPM yaitu
mengalami peningkatan namun cenderung ke arah negatif. Rasio TATO perusahaan
dari tahun sebelum akuisisi sampai setelah akuisisi mengalami penurunan.
PT. Mobile – 8 Telecom memiliki
nilai NPM yang stabil pada tahun sebelum akuisisi yaitu nilainya tetap. Ketika
perusahaan melakukan akuisisi
Tabel 4. 3 Perbandingan Rasio Keuangan Sebelum Akuisisi
dan Setelah Akuisisi
|
||||||||
No
|
Perusahaan
|
Rasio
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
1
|
SMSM
|
NPM
|
0.07
|
0.07
|
Akuisisi
|
-0,007
|
0.06
|
|
ROA
|
8%
|
9%
|
|
-0,9%
|
9%
|
|
||
TATO
|
1.12
|
1.29
|
|
1.28
|
1.45
|
|
||
2
|
ADES
|
NPM
|
-1,18
|
-0,82
|
Akuisisi
|
-1,17
|
-0,11
|
|
ROA
|
-144%
|
-56%
|
|
-86%
|
-8%
|
|
||
TATO
|
1.22
|
0.68
|
|
0.73
|
0.70
|
|
||
3
|
FREN
|
NPM
|
|
0.05
|
0.05
|
Akuisisi
|
-1,3
|
-1,96
|
ROA
|
|
1%
|
1%
|
|
-22%
|
-15%
|
||
TATO
|
|
0.19
|
0.21
|
|
0.17
|
0.07
|
||
4
|
BUMI
|
NPM
|
0.12
|
0,07
|
Akuisisi
|
0.34
|
0.19
|
|
ROA
|
8%
|
7%
|
|
27%
|
12%
|
|
||
TATO
|
0.71
|
1,01
|
|
0.80
|
0.63
|
|
||
Sumber : lampiran 2
|
nilainya mengalami penurunan
bahkan ke arah negatif. ROA dari FREN juga pada posisi yang stabil yaitu
nilainya tetap pada periode sebelum akuisisi, sedangkan periode setelah
akuisisi mengalami penurunan bahkan ke arah negatif. TATO dari FREN dari tahun
sebelum akuisisi dan tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan.
PT.
Bumi Resourches Tbk memiliki NPM peningkatan antara tahun sebelum akuisisi dan
sesudah akuisisi, meskipun peningkatannya tidak terlalu besar tetapi posisi
BUMI stabil. Rasio ROA dari BUMI
memiliki nilai yang stabil antara satu tahun sebelum akuisisi dengan dua tahun
sebelum akuisisi, bahkan sampai setelah akuisisi kondisi rasio ini mengalami peningkatan.
TATO dari BUMI pada tahun sebelum akuisisi mengalami peningkatan.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Akrual secara teknis merupakan perbedaan
antara kas dan laba. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba dan akrual
disusun berdasarkan estimasi- estimasi tertentu, misalnya biaya depresiasi
untuk mengetahui besarnya biaya ini perlu diketahui umur (manfaat) , dan metode
depresiasi yang digunakan. Teori yang dikembangkan oleh Jones digunakan dalam
penelitian ini sebagai dasar penelitian. Jones mengembangkan model pengestimasi
akrual diskresioner untuk mendeteksi manajemen laba. Akrual diskresioner
diperoleh dengan membandingkan akrual tahun t, saat terjadinya manipulasi laba
dengan rata- rata akrual perusahaan itu sendiri pada tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan Perbandingan nilai akrual dalam
perusahaan pengakuisisi maka diperoleh suatu hasil yang dapat dijadikan dasar
bagaimana perusahaan pengakuisisi melakukan manajemen laba menjelang perusahaan
melakukan akuisisi. Perbandingan nilai antara discretionary accrual dan non
discretionary accrual dari tahun sebelum akuisisi dengan tahun sesudah akuisisi
dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat nilai total akrual yang menurut
teori Jones itu bisa dimanipulasi.
Perbedaan
nilai antara discretionary accrual dan non discretionary acrrual disebabkan nilai total akrual perusahaan
pengakuisisi berbeda . Jika nilai total akrual negatif itu artinya perusahaan
pengakuisisi tidak melakukan manajemen laba, karena nilai total akrual negatif
itu disebabkan oleh nilai net income yang rendah dibandingakan dengan nilai
operational cash flow perusahaan. Nilai discretionary accrual yang lebih tinggi
antara sebelum akusisi dengan setelah
akuisisi itu membuktikan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba
dengan mempengaruhi jumlah depresiasi atau pendapatan.
Perubahan
pendapatan mempengaruhi perubahan akrual yang berasal dari modal kerja seperti
piutang dan utang. Perubahan pendapatan digunakan sebagai variabel kontrol
karena relatif objektif sebagai ukuran operasi perusahaan sebelum manipulasi
oleh manajer. Namun,tidak sepenuhnya perubahan pendapatan adalah objektif,
karena tetap bisa melakukan manajemen laba melalui manipulasi pendapatan
seperti percepatan pengiriman barang agar perusahaan dapat mengakui pendapatan
lebih awal.
Berdasarkan perhitungan diatas perusahaan
pengakuisisi yang memiliki nilai diskresional akrual negatif adalah ADES pada
periode sebelum akuisisi dan hasilnya juga tetap negatif pada periode setelah
akusisi. Hal ini dapat diartikan bahwa ADES cenderung tidak melakukan manajemen
laba sebelum perusahaan melakukan akuisisi. SMSM dan BUMI memiliki nilai diskresional akrual
sebelum akuisisi lebih tinggi dibanding
setelah akuisisi. FREN memiliki
nilai diskresional akrual sebelum akuisisi lebih kecil dibandingkan setelah
akuisisi. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa dari keseluruhan perusahaan
pengakuisisi tidak semuanya terbukti melakukan manajemen laba dengan cara
income increasing accrual meskipun ada peluang dari pihak manajemen untuk
melakukan manipulasi laba.
Kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi
berada dalam kondisi yang sehat jika dilihat dari segi rasio keuangan. Ada satu
perusahaan yang rasio keuangannya berada pada kondisi tidak sehat yaitu FREN
yang nilainya jauh berbeda dengan rasio sebelum akuisisi. Kinerja keuangan
perusahaan sebelum akuisisi dan setelah akuisisi cenderung berbeda. Perbedaan
tersebut lebih ke arah penurunan kinerja keuangan, yang cenderung ke arah
negatif dari posisi perusahaan sebelum melakukan akuisisi.
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat ditarik suatu hasil yaitu perusahaan tidak
selamanya melakukan manajemen laba melalui diskresional akrual menjelang
perusahaan melakukan akuisisi. Hal ini menentang teori yang telah dikemukakan
oleh Jones bahwa perusahaan menggunakan total akrual sebagai sumber manipulasi
laba untuk mencapai tingkat laba yang positif. Perbedaan kinerja keuangan juga
menjadi hasil akhir dari penelitian ini yang membuktikan bahwa kinerja keuangan
perusahaan pengakuisisi berbeda lebih ke
arah menurunnya kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
beberapa hasil penelitian sebelumnya, seperti hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rahman dan Bakar (2002) yang menunjukkan bahwa perusahaan pengakuisisi cenderung melakukan praktik manajemen
laba dengan discretionary accrual pada periode sebelum atau menjelang
pelaksanaan akuisisi.
Penelitian
Wirawan Gerianta ( 2002 ) juga
membuktikan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba sebelum melakukan
akuisisi. Ada satu hasil penelitian yang konsisten dengan penelitian ini yaitu
Metta (2008) yang menyebutkan bahwa tidak selamanya perusahaan melakukan
manajemen laba sebelum perusahaan melakukan akuisisi dengan income increasing
acrrual.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah,
hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Penelitian ini tidak membuktikan bahwa perusahaan
pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan akuisisi
dengan metode discretionary accrual. Berdasarkan penghitungan nilai
discretionary accrual sebelum akuisisi lebih besar dibandingkan penghitungan
setelah akuisisi, namun ada satu perusahaan yang menjelang akuisisi dan setelah
akuisisi nilai total akrualnya cenderung bernilai negatif.
2.
Kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum
dan setelah perusahaan melakukan akuisisi adalah berbeda dan lebih ke arah
penurunan kinerja keuangan.
B.
Saran
Berdasarkan kegunaan penelitian dan hasil pembahasan
dalam penelitian ini,maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.
Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan
akuisisi hendaknya perusahaan melihat dampak jangka panjang perusahaan, apakah
bisa menjamin dengan melakukan akuisisi kinerja akan meningkat, karena tanggung
jawab perusahaan semakin besar.
2.
Investor harus lebih selektif sebelum mengambil keputusan untuk membeli
sejumlah saham perusahaan yang melakukan akuisisi, dengan cara melihat kinerja
keuangan perusahaan pengakuisisi pasca akuisisi.
DAFTAR PUSTAKA
Aida Mardiyah. (2006). Teori Akuntansi Konsep dan Empiris Edisi 2. Malang : STIE Malang Kucecwara.
Agus Sartono. (1994). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4: Yogyakarta. BPFE
Anisa Metta. (2008). Analisis Manajemen Laba
Perusahaan Sebelum Merger. Universitas Diponegoro. Skripsi
Hadri Kusuma dan Udiana Sari. (
2003), Manajemen Laba oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi. Jurnal Ekonomi Vol.7
Igan Budiasih. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perataan Laba. Jurnal Keuangan 2007 Vol 2
Jordan,Ross &
Westerfield.(2009). Pengantar Keuangan Perusahaan, Jakarta. Salemba Empat
Lukas Setia Atmaja. (2003). Manajemen Keuangan Edisi
Revisi, Yogyakarta: Andi
Lukman Syamsudin. (1994). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Marcel Go. (1992). Akuisisi Bisnis Analisis dan Pengelolaan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Martono & Agus Harjito. (2005). Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Ekonisia
Mudrajad Kuncoro . (2003). Metode Riset Untuk Bisnis dan
Ekonomi, Jakarta: Erlangga
Muhammad Ma’ruf. (2006). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Manajemen Laba. Skripsi
Nanang Martono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Pascasarjana UMM. (2010). Pedoman Penulisan Artikel
Ilmiah, Tesis dan Disertasi, Malang: PPS Universitas Muhammadiyah
Malang.
Singgih Santoso. (2002). SPSS .Jakarta . Elek Media
Komputindo
Sugiyono.(2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta
Warsono. (2002). Manajemen
Keuangan Perusahaan. Malang. UMM Press.
Wirawan Gerianta & I Putu
Adnyana. (2000). Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi. Jurnal ekonomi Vol 7
Yopie Jusuf. (2008). Analisis Kredit untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama